Kamis, 27 Desember 2012

penyesalan

penyesalan itu memang selalu dibelakang. orang terkadang bertindak sebelum berpikir, yang kemudian berakhir penyesalan. bagi sebagian orang pelampiasan penyesalan dengan menangis, meratapi yang telah terjadi, terus-menerus memikirkan dan bahkan menjadikan dirinya stag pada satu kondisi. tapi, ada juga yang menganggap penyesalan hanya bumbu  untuk terus maju, berpikir ke depan yang lebih baik. penyesalan hanya sebuah bumbu kehidupan, yang rasanya tergantung bagaimana kita memandang. penyesalan ada yang berasa manis karena dengan itu seseorang mengerti tentang kesalahan, ketepatan, kejelian dan berpikir. namun, penyesalan juga bisa berasa pahit sekali karena terus menerus meratapi dan tak beranjak. penyesalan itu selalu terjadi pada setiap orang, tergantung bagaimana kita "memasak dan membumbui" penyesalan itulah yang paling penting.

ketimpangan dan kemiskinan



A.    PENDAHULUAN
Disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan atau kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan adalah merupakan masalah besar yang dihadapi banyak negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Ukuran kemiskinan menekankan pada keadaan rumah tangga yang berada di posisi bawah pada distribusi pendapatan, sedangkan ukuran ketimpangan memiliki konsep yang lebih luas. Salah satu penyebab kemiskinan yaitu kurangnya pendapatan yang tercipta karena rendahnya lapangan kerja, yang merupakan penyebab pengangguran.
Berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan untuk memperkecil kesenjangan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya melalui pemahaman terhadap karakteristik kemiskinan dapat membantu pembuat kebijakan publik dalam menentukan strategi pertumbuhan bagi peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan diarahkan pada pemberdayaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut yang perlu dilakukan adalah pertama, penajaman konsep. Kedua, targeting. Yaitu pembagian sasaran program antara yang paling miskin (poor of poor) dan yang miskin. Ketiga, pendampingan melalui fasilitator agar rakyat menjadi subyek pembangunan. Keempat, pengelolaan dana bergulir. Kelima, pengendalian yang menyangkut perumusan, pelaksanaan (koordinasi), pengawasan dan penyempurnaan konsep melalui evaluasi program. Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, angka kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat pengangguran Indonesia  masih tinggi. Hal tersebut terlihat dalam tabel 1 yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan, pengangguran Indonesia masih berada pada angka dua digit.
Tabel 1. Data Kemiskinan dan pengangguran Indonesia

Tahun
Persentase penduduk miskin (%)
Tahun
Persentase pengangguran (%)

2007
16.58
2002
9,06

2008
15.42
2003
9,57

2009
14.15
2004
9,86

2010
13.33
2005
10,26

2011
12.49
2006
10,28

2012
11.96
2007
9,12

Sumber : BPS, 2012



Maka dari itu, diperlukan konsep atau model pembangunan yang lebih tepat untuk mengatasi masalah sosial Indonesia tersebut.


B.     PEMBAHASAN
1.      Transformasi Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional dan penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lain. Selain itu, sektor pertanian juga berperan sebagai penyedia bahan baku dan pasar yang potensial bagi sektor industri.
Peran sektor pertanian yang demikian besar dalam perekonomian Indonesia memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi. Namun, sejak Pelita IV pembangunan ekonomi Indonesia mulai bergeser pada  pembangunan sektor industri dan jasa yang mendukung sektor pertanian, khususnya pembanguan industri hulu dan industri hilir yang terkait dengan sektor pertanian. Sejak masa itu terjadi transformasi sektor pertanian ke industri. Hal tersebut ditunjukkan melalui penurunan proporsi output sektor pertanian terhadap output nasional. Selain itu, produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian masih relatif rendah. Pada Tabel 2, nampak bahwa dikaji dari kontribusinya terhadap PDB Indonesia selama tahun 2000-2006, sektor industri menyumbang lebih dari 24 persen, dimana lebih dari separuhnya merupakan sumbangan sub sektor agroindustri. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor industri mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 12 juta jiwa selama tahun 2000-2002, walaupun pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan menjadi hanya 10.9 juta jiwa dan meningkat kembali pada tahun-tahun berikutnya.
Tabel 2. Tenaga Kerja dan Nilai Output Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan
di Indonesia, Tahun 2000-2006



Tahun
Tenaga kerja (juta jiwa)
PDB (Milyar rupiah)
Pertanian
Industri
Pertanian
Agroindustri
Non agroindustri
2000
40,5 (45,1)
11,7 (13)
216.813 (15,6)
240.677 (17,32)
90.641 (6,52)
2001
39,7 (43,8)
12,1 (13,3)
225.686 (15,64)
242.783 (16,83)
104.646 (7,25)
2002
40,6 (44,3)
12,1 (13,2)
232,973 (15,47)
247.686 (16,45)
119.523 (7,93)
2003
42,0 (46,2)
10,9 (11,8)
240.387 (15,24)
260.507 (16,52)
181.248 (11,49)
2004
40,6 (43,3)
11,1 (11,8)
247.164 (14,92)
269.949 (16,3)
200.003 (12,07)
2005
41,8 (44,3)
11,7 (12,3)
253.726 (14,49)
279.049 (15,94)
212.373 (12,13)
2006
40,1 (42,1)
11,9 (12,5)
261.296 (14,15)
291.505 (15,79)
222.687 (12,06)
Sumber : BPS, 2007




Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase

Transformasi struktur perekonomian dari dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor industri menghendaki adanya kaitan yang kuat antara sektor pertanian dan sektor industri. Melalui keterkaitan tersebut, diharapkan nilai tambah komoditas pertanian dan penyerapan tenaga kerja menjadi semakin meningkat. Selain itu, melalui keterkaitan tersebut proses industrialisasi dapat berjalan mulus karena industri yang dikembangkan menggunakan bahan baku yang tersedia.
2.      Peran Agroindustri Dalam Perekonomian
Paradigma baru pembangunan ekonomi menempatkan strategi Agricultural Demand-Led Industrialization (ADLI) sebagai strategi industrialisasi yang menitikberatkan program pembangunan di sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan sektor industri dan sektor-sektor lain (Adelman, 1984; DeJanvri, 1984 dalam Sri Hery Susilowati 2007). Oleh karena sebagian besar sumberdaya berada di sektor pertanian dan sebagian besar penduduk Indonesia masih bergantung pada sektor pertanian, maka strategi ADLI akan menciptakan pertumbuhan pendapatan di kalangan rumah tangga pertanian yang sebagian besar memiliki keterkaitan kegiatan konsumsi sehingga menciptakan pasar bagi produk-produk domestik termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri, dan hal ini akan menjadi pendorong terbentuknya pertumbuhan perekonomian nasional yang cepat dan merata. Studi-studi secara empiris yang telah dilakukan terdahulu mendukung pentingnya keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dan sektor industri (Bautista et al., 1999; Uphoff, 1999; Daryanto dan Morison, 1992 dalam Sri Hery Susilowati, 2007). Berdasarkan argumentasi di atas, industrialisasi pertanian, melalui pengembangan sektor agroindustri, dapat dipandang sebagai transisi yang paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia. Bersama-sama dengan sektor pertanian sektor agroindustri akan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan.
Pengembangan sektor agroindustri memiliki beberapa sasaran, yaitu: (1) sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan pasar permintaan input ntuk produk olahannya, (2) menciptakan lapangan kerja, (3) meningkatkan nilai tambah, (4) meningkatkan penerimaan devisa, dan (5) meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah terbukti pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan dengan cepat mengalami pemulihan. Ketangguhan industri pertanian dalam menghadapi goncangan ekonomi dikarenakan industri yang berbasis pertanian, terutama industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau menggunakan bahan baku penolong impor yang relatif kecil, hanya sekitar 7 persen dari total impor bahan baku penolong tahun 1998 dibandingkan.
Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Rangarajan, 1982; Haggblade et al., 1991 dalam Sri Hery Susilowati, 2007). Hal ini berimplikasi bahwa dengan meningkatkan investasi di sektor agroindustri akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas. Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian besar berada di sektor pertanian.
Pentingnya peran sektor agroindustri juga terlihat dari nilai tambah yang diciptakan sebesar 23.3 persen dari total nilai tambah sektor industri tahun 2004. Peran tersebut akan semakin penting di masa datang dengan meningkatnya penduduk dan pendapatan per kapita serta urbanisasi yang kesemuanya akan mendorong peningkatan permintaan pangan olahan yang berkualitas. Dikaitkan dengan upaya pengurangan kemiskinan, perspektif ke depan pengembangan sektor agroindustri akan sangat penting mengingat kantong kemiskinan saat ini sebagian besar berada di perdesaan. Menurut Departemen Pertanian (2002 dalam Dwi Haryono, 2012), untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan menentukan subsektor agribisnis hulu.
Pengembangan agroindustri dapat menjadi pilihan yang strategis dalam menanggulangi permasalahan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kemampuan yang tinggi dari sektor agroindustri dalam hal perluasan kesempatan kerja. Pengembangan agroindustri yang berbasis pada masyarakat perdesaan merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha, sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan. Berkembangnya agroindustri juga akan meningkatkan penerimaan devisa dan mendorong terjadinya keseimbangan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian. Dengan demikian, kebijakan pembangunan agroindustri diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian dan mendorong penawaran hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan agroindustri.
Dalam kaitannya dengan peran agroindustri dalam menurunkan kemiskinan perdesaan, Gandhi et al. (2001) melakukan studi tentang pembangunan agroindustri untuk petani kecil dan perdesaan di India. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor agroindustri mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap kesempatan kerja. Peran sektor agroindustri dalam mendorong kegiatan pembangunan dan menurunkan kemiskinan perdesaan dicerminkan oleh kemampuannya dalam peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja perdesaan, khususnya bagi kelompok petani berlahan sempit. Stanton (2000) melakukan studi tentang peran agroindustri dalam peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan di Mexico. Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan agroindustri pada tingkat lokal mampu menghasilkan nilai tambah dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan.
Agroindustri juga dapat digunakan sebagai sarana mengatasi kemiskinan karena memiliki spektrum kegiatan dan pasar yang sangat luas. Agroindustri juga dipandang sebagai sektor yang padat karya dan tidak banyak memerlukan modal untuk menghasilkan nilai tambah bahan mentah dan umumnya berada dekat dengan lokasi produksi bahan mentah. Dengan karakteristik tersebut pengembangan sektor agroindustri sangat sesuai bagi pengembangan industri-industri kecil di perdesaan. Agroindustri prioritas adalah agroindustri yang memiliki peran tinggi dalam meningkatkan output nasional, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan sektor lainnya, khususnya sektor pertanian primer sebagai penyedia input serta perannya dalam menciptakan peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah.
Agroindustri sebagai salah satu subsistem dalam sistem agribisinis yang terutama memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu : (1) agroindustri memiliki potensi dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total karena memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan; (2) mampu menarik pertumbuhan sektor lainnya; (3) keragaan dan performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal.
Peran agroindustri dalam mengurangi kemiskinan dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Secara langsung pembangunan sektor agroindustri dan pembangunan sektor pertanian secara umum akan meningkatkan produktivitas pertanian melalui peningkatan produktivitas total faktor. Peningkatan produktivitas pertanian akan meningkatkan pendapatan petani dan lebih lanjut akan menurunkan kemiskinan. Sedangkan peran secara tidak langsung adalah melalui sektor nonpertanian. Pembangunan agroindustri pada awalnya akan mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dan melalui keterkaitan sektor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat dan selanjutnya akan mengurangi kemiskinan.
Kebijakan di sektor agroindustri berupa stimulus ekonomi baik peningkatan investasi atau peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan output sektor agroindustri. Melalui keterkaitan antarsektor lebih lanjut hal ini akan meningkatkan pertumbuhan output sektor ekonomi lainnya. Peningkatan output akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja, baik tenaga kerja pertanian maupun nonpertanian dan permintaan terhadap modal yang dipenuhi oleh rumah tangga dan perusahaan. Hal ini akan berdampak lebih lanjut pada peningkatan pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Proses ini akan terus berlangsung melalui efek pengganda (multiplier effect).
Hasil analisis yang dilakukan oleh Sri Hery Susilowati et al (2007) menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan ekspor, investasi, dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hery Susilowati (2007) dari sisi pemerataan pendapatan rumah tangga, agroindustri makanan memiliki peran yang baik, konsep industrialisasi berdasarkan startegi ADLI, pengembangan agroindustri makanan dapat dipandang sebagai neccesary condition karena perannya dalam mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian primer dan menghasilkan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani secara lebih merata.

C.     KESIMPULAN
Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisinis yang memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah. Agroindustri juga dapat digunakan sebagai sarana mengatasi kemiskinan karena memiliki spektrum kegiatan dan pasar yang sangat luas. Agroindustri juga dipandang sebagai sektor yang padat karya sehingga dapat mengurangi pengangguran, selain itu agroindsutri memiliki keterkaitan ke belakang dengan sektor pertanian dan keterkaitan ke depan dengan sektor industri. Dengan meningkatkan investasi di sektor agroindustri akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Dengan demikian, agroindustri merupakan suatu konsep pembangunan yang bertujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia.
REFERENSI
BPS. 2007. Tenaga Kerja dan Nilai Output Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan. www.bps.go.id

        . 2012. Data Kemiskinan Dan Pengangguran Indonesia. www.bps.go.id

Dwi Haryono. 2012. Dampak Industri Pertanian Terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral, Ekonomi Makro, Pendapatan Rumah Tangga Dan Kemiskinan Perdesaan. Tesis IPB. Tidak dipublikasikan

Sri Hery Susilowati. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia. Tesis IPB. Tidak dipublikasikan

Sri Hery Susilowati, Bonar, M. Sinaga, Wilson, H. Limbong dan Erwidodo. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia: Analisis Simulasi Dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 No.1, Mei 2007 : 11 – 36