A. PENDAHULUAN
Disparitas
(ketimpangan) distribusi pendapatan atau kesenjangan ekonomi dan tingkat
kemiskinan adalah merupakan masalah besar yang dihadapi banyak negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Ukuran kemiskinan menekankan pada keadaan rumah tangga yang berada
di posisi bawah pada distribusi pendapatan, sedangkan ukuran ketimpangan
memiliki konsep yang lebih luas. Salah satu penyebab kemiskinan yaitu kurangnya
pendapatan yang tercipta karena rendahnya lapangan kerja, yang merupakan
penyebab pengangguran.
Berbagai upaya yang
telah dan sedang dilakukan untuk memperkecil kesenjangan pendapatan dan tingkat
kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya melalui pemahaman terhadap
karakteristik kemiskinan dapat membantu pembuat kebijakan publik dalam
menentukan strategi pertumbuhan bagi peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin
dan berpenghasilan rendah. Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan
diarahkan pada pemberdayaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk
mencapai hal tersebut yang perlu dilakukan adalah pertama, penajaman
konsep. Kedua, targeting. Yaitu pembagian sasaran program antara yang
paling miskin (poor of poor) dan yang miskin. Ketiga, pendampingan
melalui fasilitator agar rakyat menjadi subyek pembangunan. Keempat,
pengelolaan dana bergulir. Kelima, pengendalian yang menyangkut
perumusan, pelaksanaan (koordinasi), pengawasan dan penyempurnaan konsep
melalui evaluasi program. Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, angka
kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat pengangguran
Indonesia masih tinggi. Hal tersebut
terlihat dalam tabel 1 yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan, pengangguran
Indonesia masih berada pada angka dua digit.
Tabel 1. Data Kemiskinan dan
pengangguran Indonesia
|
||||
Tahun
|
Persentase
penduduk miskin (%)
|
Tahun
|
Persentase
pengangguran (%)
|
|
2007
|
16.58
|
2002
|
9,06
|
|
2008
|
15.42
|
2003
|
9,57
|
|
2009
|
14.15
|
2004
|
9,86
|
|
2010
|
13.33
|
2005
|
10,26
|
|
2011
|
12.49
|
2006
|
10,28
|
|
2012
|
11.96
|
2007
|
9,12
|
|
Sumber : BPS, 2012
|
|
|
Maka dari itu, diperlukan konsep atau model
pembangunan yang lebih tepat untuk mengatasi masalah sosial Indonesia tersebut.
B.
PEMBAHASAN
1. Transformasi Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan
penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor
pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan
kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan
pangan nasional dan penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor
lain. Selain itu, sektor pertanian juga berperan sebagai penyedia bahan baku
dan pasar yang potensial bagi sektor industri.
Peran sektor pertanian yang demikian besar dalam
perekonomian Indonesia memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi.
Namun, sejak Pelita IV pembangunan ekonomi Indonesia mulai bergeser pada pembangunan sektor industri dan jasa yang
mendukung sektor pertanian, khususnya pembanguan industri hulu dan industri
hilir yang terkait dengan sektor pertanian. Sejak masa itu terjadi transformasi
sektor pertanian ke industri. Hal tersebut ditunjukkan melalui penurunan
proporsi output sektor pertanian terhadap output nasional. Selain itu,
produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian masih relatif rendah. Pada Tabel
2, nampak bahwa dikaji dari kontribusinya terhadap PDB Indonesia selama tahun
2000-2006, sektor industri menyumbang lebih dari 24 persen, dimana lebih dari
separuhnya merupakan sumbangan sub sektor agroindustri. Dalam hal penyerapan
tenaga kerja, sektor industri mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 12 juta
jiwa selama tahun 2000-2002, walaupun pada tahun 2003 sempat mengalami
penurunan menjadi hanya 10.9 juta jiwa dan meningkat kembali pada tahun-tahun
berikutnya.
Tabel 2. Tenaga Kerja dan Nilai Output
Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan
|
|||||
di Indonesia, Tahun 2000-2006
|
|||||
Tahun
|
Tenaga kerja (juta jiwa)
|
PDB (Milyar rupiah)
|
|||
Pertanian
|
Industri
|
Pertanian
|
Agroindustri
|
Non agroindustri
|
|
2000
|
40,5 (45,1)
|
11,7 (13)
|
216.813 (15,6)
|
240.677 (17,32)
|
90.641 (6,52)
|
2001
|
39,7 (43,8)
|
12,1 (13,3)
|
225.686 (15,64)
|
242.783 (16,83)
|
104.646 (7,25)
|
2002
|
40,6 (44,3)
|
12,1 (13,2)
|
232,973 (15,47)
|
247.686 (16,45)
|
119.523 (7,93)
|
2003
|
42,0 (46,2)
|
10,9 (11,8)
|
240.387 (15,24)
|
260.507 (16,52)
|
181.248 (11,49)
|
2004
|
40,6 (43,3)
|
11,1 (11,8)
|
247.164 (14,92)
|
269.949 (16,3)
|
200.003 (12,07)
|
2005
|
41,8 (44,3)
|
11,7 (12,3)
|
253.726 (14,49)
|
279.049 (15,94)
|
212.373 (12,13)
|
2006
|
40,1 (42,1)
|
11,9 (12,5)
|
261.296 (14,15)
|
291.505 (15,79)
|
222.687 (12,06)
|
Sumber : BPS, 2007
|
|||||
Keterangan : Angka dalam kurung
menunjukkan persentase
|
Transformasi struktur perekonomian dari dominasi
sektor pertanian ke dominasi sektor industri menghendaki adanya kaitan yang
kuat antara sektor pertanian dan sektor industri. Melalui keterkaitan tersebut,
diharapkan nilai tambah komoditas pertanian dan penyerapan tenaga kerja menjadi
semakin meningkat. Selain itu, melalui keterkaitan tersebut proses
industrialisasi dapat berjalan mulus karena industri yang dikembangkan
menggunakan bahan baku yang tersedia.
2. Peran Agroindustri Dalam
Perekonomian
Paradigma baru pembangunan ekonomi menempatkan
strategi Agricultural Demand-Led Industrialization (ADLI) sebagai
strategi industrialisasi yang menitikberatkan program pembangunan di sektor
pertanian dan menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan sektor
industri dan sektor-sektor lain (Adelman, 1984; DeJanvri, 1984 dalam Sri Hery
Susilowati 2007). Oleh karena sebagian besar sumberdaya berada di sektor
pertanian dan sebagian besar penduduk Indonesia masih bergantung pada sektor
pertanian, maka strategi ADLI akan menciptakan pertumbuhan pendapatan di kalangan
rumah tangga pertanian yang sebagian besar memiliki keterkaitan kegiatan
konsumsi sehingga menciptakan pasar bagi produk-produk domestik termasuk
produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri, dan hal ini akan menjadi
pendorong terbentuknya pertumbuhan perekonomian nasional yang cepat dan merata.
Studi-studi secara empiris yang telah dilakukan terdahulu mendukung pentingnya
keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dan sektor industri (Bautista et
al., 1999; Uphoff, 1999; Daryanto dan Morison, 1992 dalam Sri Hery
Susilowati, 2007). Berdasarkan argumentasi di atas, industrialisasi pertanian,
melalui pengembangan sektor agroindustri, dapat dipandang sebagai transisi yang
paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia. Bersama-sama
dengan sektor pertanian sektor agroindustri akan dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan.
Pengembangan sektor agroindustri memiliki beberapa
sasaran, yaitu: (1) sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan
pasar permintaan input ntuk produk olahannya, (2) menciptakan lapangan kerja,
(3) meningkatkan nilai tambah, (4) meningkatkan penerimaan devisa, dan (5) meningkatkan
pemerataan pembagian pendapatan. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah
terbukti pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis
dan dengan cepat mengalami pemulihan. Ketangguhan industri pertanian dalam
menghadapi goncangan ekonomi dikarenakan industri yang berbasis pertanian,
terutama industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau menggunakan bahan
baku penolong impor yang relatif kecil, hanya sekitar 7 persen dari total impor
bahan baku penolong tahun 1998 dibandingkan.
Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat
dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki
keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya
keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu
keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Rangarajan, 1982; Haggblade et
al., 1991 dalam Sri Hery Susilowati, 2007). Hal ini berimplikasi bahwa
dengan meningkatkan investasi di sektor agroindustri akan tercipta kesempatan
kerja dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak
hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin
menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas. Kesemua
itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian besar
berada di sektor pertanian.
Pentingnya peran sektor agroindustri juga terlihat
dari nilai tambah yang diciptakan sebesar 23.3 persen dari total nilai tambah
sektor industri tahun 2004. Peran tersebut akan semakin penting di masa datang
dengan meningkatnya penduduk dan pendapatan per kapita serta urbanisasi yang
kesemuanya akan mendorong peningkatan permintaan pangan olahan yang
berkualitas. Dikaitkan dengan upaya pengurangan kemiskinan, perspektif ke depan
pengembangan sektor agroindustri akan sangat penting mengingat kantong kemiskinan
saat ini sebagian besar berada di perdesaan. Menurut Departemen Pertanian (2002
dalam Dwi Haryono, 2012), untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan
berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu
kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan menentukan subsektor
agribisnis hulu.
Pengembangan agroindustri dapat menjadi pilihan yang
strategis dalam menanggulangi permasalahan ekonomi dan pengentasan kemiskinan
di perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kemampuan yang tinggi dari sektor
agroindustri dalam hal perluasan kesempatan kerja. Pengembangan agroindustri
yang berbasis pada masyarakat perdesaan merupakan sektor yang sesuai untuk
menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha, sehingga akan
efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan.
Berkembangnya agroindustri juga akan meningkatkan penerimaan devisa dan
mendorong terjadinya keseimbangan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian.
Dengan demikian, kebijakan pembangunan agroindustri diharapkan mampu
menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian dan
mendorong penawaran hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan agroindustri.
Dalam kaitannya dengan peran agroindustri dalam
menurunkan kemiskinan perdesaan, Gandhi et al. (2001) melakukan studi
tentang pembangunan agroindustri untuk petani kecil dan perdesaan di India.
Hasil studi menunjukkan bahwa sektor agroindustri mampu memberikan sumbangan
yang besar terhadap kesempatan kerja. Peran sektor agroindustri dalam mendorong
kegiatan pembangunan dan menurunkan kemiskinan perdesaan dicerminkan oleh
kemampuannya dalam peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja perdesaan,
khususnya bagi kelompok petani berlahan sempit. Stanton (2000) melakukan studi
tentang peran agroindustri dalam peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan di
Mexico. Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan agroindustri pada tingkat
lokal mampu menghasilkan nilai tambah dan selanjutnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat perdesaan.
Agroindustri juga dapat digunakan sebagai sarana
mengatasi kemiskinan karena memiliki spektrum kegiatan dan pasar yang sangat
luas. Agroindustri juga dipandang sebagai sektor yang padat karya dan tidak
banyak memerlukan modal untuk menghasilkan nilai tambah bahan mentah dan umumnya
berada dekat dengan lokasi produksi bahan mentah. Dengan karakteristik tersebut
pengembangan sektor agroindustri sangat sesuai bagi pengembangan
industri-industri kecil di perdesaan. Agroindustri prioritas adalah agroindustri
yang memiliki peran tinggi dalam meningkatkan output nasional, penyerapan tenaga
kerja, meningkatkan pendapatan sektor lainnya, khususnya sektor pertanian
primer sebagai penyedia input serta perannya dalam menciptakan peningkatan
pendapatan rumah tangga golongan rendah.
Agroindustri sebagai salah satu subsistem dalam
sistem agribisinis yang terutama memiliki potensi besar untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu : (1) agroindustri memiliki
potensi dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total karena memiliki
pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan; (2) mampu
menarik pertumbuhan sektor lainnya; (3) keragaan dan performanya berbasis
sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan
fleksibel terhadap guncangan eksternal.
Peran agroindustri dalam mengurangi kemiskinan dapat
bersifat langsung dan tidak langsung. Secara langsung pembangunan sektor agroindustri
dan pembangunan sektor pertanian secara umum akan meningkatkan produktivitas
pertanian melalui peningkatan produktivitas total faktor. Peningkatan
produktivitas pertanian akan meningkatkan pendapatan petani dan lebih lanjut
akan menurunkan kemiskinan. Sedangkan peran secara tidak langsung adalah
melalui sektor nonpertanian. Pembangunan agroindustri pada awalnya akan mempengaruhi
pertumbuhan sektor pertanian dan melalui keterkaitan sektor akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi secara agregat dan selanjutnya akan mengurangi kemiskinan.
Kebijakan di sektor agroindustri berupa stimulus
ekonomi baik peningkatan investasi atau peningkatan pengeluaran pemerintah akan
meningkatkan output sektor agroindustri. Melalui keterkaitan antarsektor lebih lanjut
hal ini akan meningkatkan pertumbuhan output sektor ekonomi lainnya. Peningkatan
output akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja, baik tenaga kerja
pertanian maupun nonpertanian dan permintaan terhadap modal yang dipenuhi oleh
rumah tangga dan perusahaan. Hal ini akan berdampak lebih lanjut pada
peningkatan pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Proses ini akan terus berlangsung
melalui efek pengganda (multiplier effect).
Hasil analisis yang dilakukan oleh Sri Hery Susilowati et al (2007)
menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan ekspor, investasi, dan insentif pajak
di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki
distribusi pendapatan rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hery Susilowati (2007) dari sisi
pemerataan pendapatan rumah tangga, agroindustri makanan memiliki peran yang
baik, konsep industrialisasi berdasarkan startegi ADLI, pengembangan
agroindustri makanan dapat dipandang sebagai neccesary condition karena
perannya dalam mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian primer dan
menghasilkan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani secara lebih merata.
C. KESIMPULAN
Agroindustri merupakan salah
satu subsistem agribisinis yang memiliki potensi besar untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah. Agroindustri
juga dapat digunakan sebagai sarana mengatasi kemiskinan karena memiliki
spektrum kegiatan dan pasar yang sangat luas. Agroindustri juga dipandang
sebagai sektor yang padat karya sehingga dapat mengurangi pengangguran, selain
itu agroindsutri memiliki keterkaitan ke belakang dengan sektor pertanian dan
keterkaitan ke depan dengan sektor industri. Dengan meningkatkan investasi di
sektor agroindustri akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan
masyarakat. Dengan demikian, agroindustri merupakan suatu konsep pembangunan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan
distribusi pendapatan di Indonesia.
REFERENSI
. 2012. Data Kemiskinan Dan Pengangguran Indonesia. www.bps.go.id
Dwi Haryono. 2012. Dampak Industri
Pertanian Terhadap Kinerja Ekonomi
Sektoral, Ekonomi Makro, Pendapatan Rumah Tangga Dan Kemiskinan Perdesaan. Tesis IPB.
Tidak dipublikasikan
Sri Hery Susilowati. 2007. Dampak
Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan dan
Kemiskinan di Indonesia. Tesis IPB. Tidak dipublikasikan
Sri Hery Susilowati, Bonar, M. Sinaga, Wilson, H. Limbong dan Erwidodo.
2007. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor
Agroindustri Terhadap Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di
Indonesia: Analisis Simulasi Dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Jurnal Agro
Ekonomi, Volume 25 No.1, Mei 2007 : 11 – 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar